Pada saat selesai melantik WAKAPOLRI di Istana, Gus Dur mengadakan konferensi pers dengan wartawan.
Pada kesempatan itu, salah satunya diungkapkan tentang permintaan Gus Dur agar Jenderal Surojo BIMANTORO -
KAPOLRI - mengundurkan diri.
Ketika konferensi pers itu usai, dan Gus Dur dipapah memasuki mobil, beberapa wartawan mulai tidak mengerubutinya lagi.
Gus Dur berkata :"Hei, saya masih punya satu informasi lagi. Kalian mau tidak ?"
"Apa itu Gus ?" tanya para wartawan serentak.
"Saya mau sebutkan nama seorang jenderal yang paling berbahaya dan berpotensi mematikan siapa saja," ujar Gus Dur.
"Wah, siapa itu Gus ?" keroyok para wartawan yang tadinya sudah mulai menjauh. Mereka berlarian untuk mendapatkan berita eksklusif itu.
"Ok, saya akan katakan," kata Gus Dur meyakinkan." Jenderal itu adalah Jendral..(General) Electric ..."
"Wooo kok itu sih Gus ?" protes para wartawan.
"Lha kalian ini, maunya bikin gosip melulu. Lha saya kan bener kalau General Electric itu paling berbahaya. Coba, mau nggak kamu kesetrum lampunya General Electric ? Berbahaya khan ?!, kamu bisa mati kan kalau kesetrum????"
Sumber: GusDur.Net
Seorang wisatawan asal Amerika, kata Gus Dur, datang ke Jogjakarta ingin melihat-lihat beberapa tempat wisata. Seminggu dia berada di kota gudeg itu, setelah mengunjungi beberapa tempat wisata kali ini ia ingin ke kebun binatang Gembira Loka.
Setelah bertanya letak kebun binatang itu kepada petugas hotel tempatnya menginap, akhirnya ia putuskan untuk mengunjunginya dengan naik becak. Sebab semua jenis angkutan sudah pernah ia coba kecuali becak.
Sambil membawa ransel kecilnya turis inipun segera memanggil tukang becak yang mangkal di depan hotelnya.
"How much to Gembira Loka?" tanya sang turis.
Sambil memekarkan lima jari tangan kanannya si tukang becak menjawab, "five thousand kombak-kambek mister !".
Sumber: GusDur.Net
Suatu kali, Gus Dur bepergian bersama rombongan kyai NU dengan naik bus . Seorang kyai dalam rombongan itu dikenal punya hobi menyandarkan tangannya di jendela mobil . Kadang tangannya samapi ke luar jendela .
Dan betul, saat perjalanan itu, tangan sanga kyai itu keluar dari jendela. Kebetulan Gus Dur melihatnya, lalu iapun mengingatkan pak kyai ini agar memasukkan tangannya, suapay tidak cedera kalau-kalau menyenggol tiang listrik . Kyai itu menolak .
Merasa jengkel peringatannya tidak dihiraukan, akhirnya Gus Dur bilang " Tolong, pak kyai, tangannya jangan dikeluarkan, kalau kesenggol tiang listrik, tiang lisriknya bisa bengkok."
Sang kyai segera memasukkan tangannya - tampaknya dia puas "kesaktian"nya diakui .
Sumber: GusDur.Net
Suatu kali ada seorang Kiai asal Madura yang membanggakan pembangunan pesantrennya pada Gus Dur. "Wah pesantren saya sudah jadi. Lengkap bangunannya luas, bertingkat," katanya dengan wajah bangga. "Kapan-kapan Gus Dur harus ke sana, soalnya sudah lengkap dengan eternit" tambahnya lagi.
"Eternit "? Tanya Gus Dur sambil berfikir setiap bangunan kan memang perlu eternit (langit-langit plafon-red)
"Itu yang pakai ada komputernya," jelasnya lagi.
"Ohh…. Internet," jawab Gus Dur bersama-sama beberapa orang yang hadir.
Sumber: GusDur.Net
Saat Presiden Gus Dur bertemu Presiden AS Bill Clinton, Januari 2000, tentu saja banyak diliput pers. Koran-koran Amerika memuat foto Gus Dur bersama Bill Clinton, dan Clinton terlihat ketawa terbahak sampai kepalanya mendongak.
Apa yang dikatakan Gus Dur sampqi membuat Clinton terpingkal-pingkal begitu?
Menurut Gus Dur, barangkali tentang joke yang disampaikan Presiden John Kennedy.
Gus Dur bercerita, suatau hari Kennedy mengajak serombongan wartawan ke ruang kerja Presiden AS. Di salah satu dindingnya ada sebuah lubang kecil tempat Presiden Dwight Eisenhower menaruh peralatan golfnya.
"Ini lho, perpustakaannya Eisenhower," kata Kennedy mengejek pendahulunya itu. Clinton terpingkal mendengarkan cerita Gus Dur itu.
Dari mana Tus Dur mendapat cerita itu? "Saya baca di buku Ted Sorrensen," kata Gus Dur.
"Lho jadi Presiden Clinton sendiri tidak tahu cerita itu?" tanya Jaya Suprana.
"Ya mungkin nggak tahu, sebab dia nggak baca buku. Mana mungkin Presiden Amerika baca buku? Kalau dia baca buku berarti kelihatan dia nggak punya kerjaan.
Nah, kalau Presiden Indonesia, justru harus baca buku sebab nggak ada kerjaan," timpal Gus Dur.
Sumber: GusDur.Net
SAAT diundang pada suatu acara di Malang Jawa Timur, Gus Dur ditunggu banyak pihak. Banser pun yang selalu sibuk bila Gus Dur ada acara di daerahnya juga memantau melalui HT yang selalu digenggamnya. Salah seorang anggota Banser berada di Bandara Abdurrahman Saleh, Malang. Ia senantiasa melaporkan perkembangan di sana setiap saat.
Begitu pesawat yang ditumpangi Gus Dur mendarat, dia senang bukan main. Maka dengan penuh semangat dia langsung melapor ke panitia lokasi acara, melalui HT nya. Karena begitu bersemangat diapun gugup tak karuan.
"Halo, kontek, kontek! Kiai Abdurrahman Saleh sudah mendarat di bandara Abdurrahman Wahid," katanya. Tentu saja panitia yang menerima laporannya kaget dan sekaligus tertawa.
Sumber: GusDur.Net
RUMAH Gus Dur di kawasan Ciganjur sehari-harinya tak pernah sepi dari tamu. Dari pagi hingga malam, bahkan tak jarang sampai dinihari para tamu ini datang silih berganti baik yang dari kalnagn NU maupun bukan. Tak jarang mereka datang dari luar kota.
Menggambarkan fanatisme orang NU, menurut Gus Dur ada tiga tipe orang NU. "Kalau mereka datang dari pukul tujuh pagi hingga jam sembilan malam, dan membicarakan tentang NU, itu biasanya orang NU yang memang punya komitmen dan fanatik terhadap NU," tegas Gus Dur.
Orang NU jenis kedua, mereka yang meski sudah larut malam, sekitar jam duabelas sampai jam satu malam, namun masih mengetuk pintu Gus Dur untuk membicarakan NU, "Itu namanya orang gila NU," katanya.
Orang jenis ketiga, Gus?
"Tapi kalau ada orang NU yang masih juga mengetuk pintu saya jam dua dinihari hingga jam enam pagi, itu namanya orang NU yang gila," katanya.
Sumber: Gus Dur Net
SUATU ketika seorang Kiai kedatangan tamu seorang Bupati. Sang Kiai dalam sambutannya mengatakan, "Kami sudah membangun beberapa kamarmandi dan saudara-saudaranya," Hadirin pun bingung mendengarnya, termasuk pak Bupati.
Ternyata yang dimaksud sang Kiai selain kamar mandi juga telah dibangun WC. Karena di depan para tamu dan orang banyak, sang Kiai segan menyebut kata WC. Maka ia menghaluskan kata itu, karena dianggap kurang patut.
Sumber: Gus Dur Net
KISAH ini terjadi di Jawa Timur (Jatim). Suatu kali ada seorang caleg (calon legislative) PKB marah-marah karena namanya tidak masuk dalam daftar calon terpilih. K.H . Hasyim Muzadi (Yang saat itu adalah Ketua DPWNU Jatim) bilang, "Wis to (sudahlah-red), soal caleg itu kan masalah dunia. Itu soal kecil."
Tapi caleg batal itu tetap jengkel, kata si Caleg, "Bukan begitu Kiai. Tapi ini masalah kemaluan."
Sambil terkekeh, Gus Dur berkomentar, " Ya begitu itu orang NU. Malu dan kemaluan dicampur-campur."
Sumber: Gus Dur Net
" Para santri dilarang keras merokok !" Begitulah aturan yang berlaku di semua pesantren, termasuk di pesantren Tambak Beras asuhan Kyai Fattah, tempat Gus Dur pernah nyantri . Tapi, namanya santri, kalau tidak bengal dan melanggar aturan rasanya kurang afdhol .
Suatu malam, tutur Gus Dur, listrik di pesantren itu tiba-tiba padam . Suasanapun jadi gelap gulita . Para santri ada yang tidak peduli, ada yang tidur tapi ada juga yang terlihat jalan-jalan mencari udara segar .
Diluar sebuah rumah, ada seseorang sedang duduk-duduk santai sambil merokok . Seorang santri yang kebetulan melintas di dekatnya terkejut melihat ada nyala rokok di tengah kegelapan itu .
"Nyedot , Kang?" sapa si santri sambil menghampiri "senior"nya yang sedang asyik merokok itu.
langsung saja orang itu memberikan rokok yang sedang dihisapnya kepada sang "yunior". Saat dihisap, bara rokok itu membesar, sehingga si santri mengenali wajah orang tadi .
saking takutnya, santri itu langsung lari tunggang langgang sambil membawa rokok pinjamannya .
" Hei , rokokku jangan dibawa ! " teriak Kyai Fattah .
Sumber: Gus Dur Net
Dalam sebuah seminar beberapa tahun yang lalu Gus Dur mengungkapkan bahwa Belanda bukan sebuah negara yang besar, tidak punya modal, tidak punya pemikir-pemikir ulung, jadi mereka tidak memberikan apa-apa kepada kita, malah merampok kita habis-habisan.
Lain dengan India yang dijajah Inggris, atau Filipina yang dijajah Amerika. Negara-negara penjajah yang itu punya sesuatu yang diberikan kepada negara-negara yang dijajah, misalnya saja tentang sistim hukum yang lebih teratur, dsb.
Nah, lalu ada pemikiran gila, supaya Inggris dan Amerika memberikan sesuatu kepada kita.
Bagaimana caranya?
Kita nyatakan perang melawan Inggris dan Amerika!
Lho, kenapa begitu?
Logikanya kita kan pasti kalah, jadi kita akan dijajah lagi oleh Amerikan dan Inggris.
Masalahnya sekarang, bukannya kalau kita kalah.
Masalahnya adalah, bagaimana kalau Indonesia yang menang ???
Sumber: Gus Dur Net
Memberikan contoh dengan lelucon adalah kebiasaan Gus Dur ketika berpidato. Tujuannya, kata kyai ini agar hadirin dapat memahami maksud dari apa yang disampaikan.
Dalam sebuah forum yang membahas soal kesetaraan laki-laki dan perempuan, seorang peserta bertanya kepada kyai eksentrik ini, yang isinya mungkin agak "pribadi."
Peserta itu bertanya, apakah Kyai sebesar Gus Dur juga takut pada istri?
Mendengar pertanyaan yang "sensistif" itu Gus Dur menjelaskan dengan "bijak" (jika tidak mau disebut berkelit).
"Begini ya..... Saya punya cerita," kata Gus Dur memulai, sementara peserta sudah siap-siap dengan serius mendengarkan jawaban tentang "jeroan" rumah tangga Gus Dur.
"Nanti di akhirat, orang dibagi dua barisan,"
Gus Dur melanjutkan,"barisan pertama untuk orang-orang yang takut sama istrinya. Barisan kedua untuk yang berani sama istrinya."
Peserta seminar yang tadinya serius, langsung dapat menerka ini pasti guyonan.
"Di barisan pertama orang antri berduyun-duyun. Ternyata di barisan kedua cuma ada satu orang, badanya kecil lagi."
"Orang-orang di barisan pertama heran melihat si kecil itu sendirian. Mereka pikir berani sekali tuh orang kecil-kecil."
Lalu dikirim delelgasi dari barisan pertama untuk menanyakan. Datanglah delegasi itu pada si kecil dia bertanya, "hey kamu koq berani banget baris sendirian disini, emangya kamu nggak takut sama istri kamu?"
Mendengar pertanyaan itu, si kecil menjawab "Wah.... saya juga nggak tahu nih. Saya disini disuruh istri saya."
Ats jawaban dai sang Kyai, seluruh peserta langsung terbahak. Tahulah mereka maksudnya, kesimpulannya semua laki-laki di dunia......
Sumber: Gus Dur net
Saat menjadi presiden, Gus Dur pernah bercerita kepada Menteri Pertahanan saat itu, Mahfud MD ( buku ; setahun bersama Gus Dur, kenangan menjadi menteri di saat sulit ) tentang orang Madura yang katanya banyak akal dan cerdik .
Ceritanya ada seorang tukang becak asal Madura yang pernah dipergoki oleh polisi ketika melanggar rambu "becak dilarang masuk" . Tukang becak itu masuk ke jalan yang ada rambu gambar becak disilang dengan garis hitam yang berati jalan itu tidak boleh dimasuki oleh becak .
" Apa kamu tidak melihat gambar itu? itu kan gambar becak tak boleh masuk jalan ini," bentak pak polisi . " Oh saya melihat pak , tapi itu kan gambarnya becak kosong, tidak ada pengemudinya . Becak saya kan ada yang mengemudi, tidak kosong berarti boleh masuk," jawab si tukang becak .
" Bodoh, apa kamu tidak bisa baca? di bawah gambar itukan ada tulisan bahwa becak dilarang masuk," bentak pak polisi lagi .
" Tidak pak, saya tidak bisa baca, kalau saya bisa membaca maka saya jadi polisi seperti sampeyan , bukan jadi tukang becak seperti ini ," jawab si tukang becak sambil cengengesan .
Sumber: Gus Dur Net
Ini cerita tentang kyai Syukri yang cerdik dan sering disebut sebagai "godfather kelompok mafia intelektual" di sebuah daerah di Jawa Tengah. Dia cerdik dalam membuat pendapatnya paling unggul, disimak, dan seperti merangkum semua pembicara lain dalam setiap pertemuan, dengan cara bicara paling akhir. "Merk dagang" kyai Syukri yang sudah diketahui semua orang adalah angkat telunjuk dengan berkata,"apa masih ada waktu buat saya?", persis ketika acara akan diakhiri.
Suatu kali sejumlah orang Muhammadiyah dan NU dengan bergurau memperdebatkan soal "hadiah" membacakan surat Al-fatihah kepada orang yang sudah meninggal. Apakah "kiriman" itu bisa sampai kepada sang arwah, seperti pos kilat yang menyampaikan paket ke suatu alam dalam kehidupan dunia? Apa dasar pendapat yang diikuti masing-masing pihak?
Yang dari muhammadiyah tidak melihat "dalil yang dapat dipegang"dari Al-Quran maupun Hadist Nabi Muhammad, untuk menunjang kemungkinan kiriman via "Pos Akhirat" sampai ke tujuan di alam sana.
Yang NU berpegang pada pendapat para ulama Mazhab yang empat, yang menerima kemungkinan seperti itu.
Pandangan Kyai Syukri? Semua orang menatapnya dengan penuh harapan. Ternyata harapan mereka tidak meleset. "Hadiah fatihah tidak sampai ke alamatnya menurut Imam Safi'i,"kata kyai Syukri. "Ia sampai menurut ketiga imam lainnya. Jadi kita ikuti suara mayoritas sajalah."
Semua lega. Yang dari Muhammadiyah merasa aman karena pendapat mereka juga sejalan dengan pendapat imam pendiri mazhab yang paling banyak diikuti di Indonesia. Yang dari NU gembira karena masih bisa mengirim "hadiah ulang tahun (kematian)" yang mereka warisi dari para kyai zaman dulu.
"Sudah tentu kirimannya tidak segera sampai secepat pos kilat khusus karena tidak didukung oleh Imam Safi'i" komentar Gus Dur,"tapi mereka toh sudah biasa dengan pola alon-alon asal kelakon?
Sumber: Gus Dur Net
Sudah tentu mantan presiden Soeharto kebagian sentilan Gus Dur. Ceritanya, suatu hari Pak Harto memancing di sebuah sungai. Bekas orang kuat itu dikenal gemar memancing (dan barangkali bukan cuma ikan yang dipancingnya). Saking asyiknya, Pak Harto tidak sadar bahwa air sungai itu meluap, lalu terjadilah banjir besar.
Pak Harto hanyut terbawa arus deras. Selama hanyut itu rupanya dia tak sadarkan diri, dan ketika dia terbangun dia berada jauh dari tempatnya semula. Keadaannya sangat sepi, hanya ada seorang petani, yang rupanya telah menolong Pak Harto.
Merasa berutang budi dan sangat berterima kasih, Pak Harto berkata pada penolongnya itu.
"kamu tahu nggak saya ini siapa?" tanya Pak Harto.
"Tidak," jawab si penolong.
"Saya ini Soeharto, Presiden Republik Indonesia.
Nah, karena kamu sudah menolong saya, maka kamu boleh minta apa saja yang kamu mau, pasti saya beri. Ayo katakan saja keinginan kamu."
"Saya cuma minta satu hal saja, Bapak Presiden," kata sang penolong. "Katakan saja apa itu?" Kata Pak Harto.
"Tolong jangan bilang siapa-siapa bahwa saya yang menolong Bapak."
Sumber: Gus Dur Net
Saking udah bosannya keliling dunia, Gus Dur coba cari suasana di pesawat RI-01. Kali ini dia mengundang Presiden AS dan Perancis terbang bersama Gus Dur buat keliling dunia. Boleh dong, emangnya AS dan Perancis aja yg punya pesawat kepresidenan. Seperti biasa...setiap presiden selalu ingin memamerkan apa yang menjadi kebanggaan negerinya.
Tidak lama presiden Amerika, Clinton mengeluarkan tangannya dan sesaat kemudian dia berkata: "Wah kita sedang berada di atas New York!"
Presiden Indonesia (Gus Dur): "Lho kok bisa tau sih?"
"Itu.. patung Liberty kepegang!", jawab Clinton dengan bangganya.
Ngga mau kalah presiden Perancis, Jacques Chirac, ikut menjulurkan tangannya keluar. "Tau nggak... kita sedang berada di atas kota Paris!", katanya dengan sombongnya.
Presiden Indonesia: "Wah... kok bisa tau juga?"
"Itu... menara Eiffel kepegang!", sahut presiden Perancis tersebut.
Karena disombongin sama Clinton dan Chirac, giliran Gus Dur yang menjulurkan tangannya keluar pesawat...
"Wah... kita sedang berada di atas Tanah Abang!!!", teriak Gus Dur.
"Lho kok bisa tau sih?" tanya Clinton dan Chirac heran karena tahu Gus Dur itu kan nggak bisa ngeliat.
"Ini... jam tangan saya ilang...", jawab Gus Dur kalem.
Sumber: Gus Dur Net
Mungkinkah Gus Dur benar-benar percaya pada isyarat dari makam-makam leluhur? Kelihatannya dia memang percaya, sebab Gus Dur selalu siap dengan gigih dan sungguh-sungguh membela "ideologi"nya itu. Padahal hal tersebut sering membuat repot para koleganya.
Tapi, ini mungkin jawaban yang benar, ketika ditanya kenapa Gus Dur sering berziarah ke makam para ulama dan leluhur.
"Saya datang ke makam, karena saya tahu. Mereka yang mati itu sudah tidak punya kepentingan lagi." Katanya.
Sumber: Gus Dur Net
Menurut Gus Dur, pernah ada sebuah kapal berisi penumpang berbagai bangsa karam. Ada tiga orang yang selamat, masing-masing dari Perancis, Amerika dan Indonesia. Mereka terapung-apung di tengah laut dengan hanya mengandalkan sekeping papan.
Tiba-tiba muncul jin yang baik hati. Dia bersimpati pada nasib ketiga bangsa manusia itu, dan menwarkan jasa. "Kalian boleh minta apa saja, akan kupenuhi," kata sang jin. Yang pertama ditanya adalah si orang Perancis.
"Saya ini petugas lembaga sosial di Paris," katanya.
"Banyak orang yang memerlukan tenaga saya. Jadi tolonglah saya dikembalikan ke negeri saya." Dalam sekejap, orang itu lenyap, kembali ke negerinya.
"Kamu, orang Amerika, apa permintaanmu?"
"Saya ini pejabat pemerintah. Banyak tugas saya yang terlantar karena kecelakaan ini. Tolonglah saya dikembalikan ke Washington."
"Oke," kata jin, sambil menjentikkan jarinya. Dan orang Amerika lenyap seketika, kembali ke negerinya.
"Nah sekarang tinggal kamu orang Indonesia. Sebut saja apa maumu."
" Duh, Pak Jin, sepi banget disini," keluh si orang Indonesia. "Tolonglah kedua teman saya tadi dikembalikan ke sini."
Zutt, orang Perancis dan Pria Amerika itu muncul lagi.
Sumber: Gus Dur Net
Dalam kunjungannya ke Amerika Serikat dulu, Pertengahan tahun 2000, Gus Dur bertemu dengan eksekutif puncak Boeing, industri pusat raksasa pesawat terbang. Orang pun bertanya-tanya, apa pula urusannya Gus Dur dengan pembuat pesawat itu? Memangnya dia ahli pesawat terbang seperti Habibie?
Akhirnya kepala protokol Istana Presiden Wahyu Muryadi mengungkapkan maksud pertemuan itu; Gus Dur mau beli pesawat kepresidenan, yang selama ini memang tidak pernah dimiliki oleh pemerintah indonesia. Kebiasaan Gus Dur tetap ampuh; bikin pernyataan kontroversial di luar negeri, dan menimbulkan reaksi di dalam negeri.
Pers Indonesia pun sibuk mengusut rencana pembelian pesawat yang waktunya dirasa tidak tepat itu. Krisis ekonomi saja sama sekali terlihat belum diatasi, lha kok Presiden RI mau punya pesawat pribadi. "Perlu dong," kata Wahyu Muryadi sambil membandingkan dengan Presiden Amerika serikat, yang sudah lama memiliki air force one yang mewah itu.
Dari mana uang puluhan juta dollar untuk membeli pesawat itu? Menko Rizal Ramli, yang bekas aktivis dan pengamat ekonomi yang kritis kok malah bilang siap melaksanakan dan uang untuk pembelian pesawat sudah ada, apa ini bukan pemborosan uang negara? Apa memang ada "uang nganggur" di laci pemerintah? Apa Rizal Ramli ingin cari muka kepada bosnya?
Mendengar sikap siap melaksanakan Rizal Ramli,kritik publik kian gencar. Sampai Gus Dur sendiri kembali ke Jakarta.
Wartawan bertanya,"Gus, mengapa anda merasa perlu membeli pesawat boeing itu?"
Jawab Gus Dur; "Lho, siapa yang mau beli pesawat?"
Wahyu Muryadi dan Rizal Ramli kali ini yang pusing. Sudah sibuk membela rencana Gus Dur, eh yang dibela malah membantahnya.
Sumber: Gus Dur Net
Ini cerita Gus Dur beberapa tahun yang lalu, sewaktu jaman orde baru . Cerita tentang sayembara menebak usia mumi di Giza, Mesir . Puluhan negara diundang oleh pemerintah Mesir, untuk mengirimkan tim ahli paleoantropologinya yang terbaik . Tapi, pemerintah Indonesia lain dari yang lain, namanya juga jaman orde baru yang waktu itu masih bergaya represif misal banyaknya penculikan para aktivis . Makanya pemerintah mengirimkan seorang aparat yang komandan intel .
Tim Perancis tampil pertama kali, membawa peralatan mutakhir, ukur sana ukur sini, catat ini dan itu, kemudian menyerah tidak sanggup . Pakar Amerika perlu waktu yang lama, tapi taksirannya keliru . Tim Jerman menyatakan usia mumi itu tiga ribu dua ratus tahun lebih sedikit, juga salah . Tim Jepang juga menyebut di seputar angka tersebut, juga salah .
Giliran peserta dari Indonesia maju, Pak Komandan ini bertanya pada panitia, bolehkah dia memeriksa mumi itu di ruangan tertutup .
"Boleh, silahkan," Jawab panitia .
Lima belas menit kemudian, dengan tubuh berkeringat pak komandan itu keluar dan mengumumkan temuannya kepada tim juri .
"Usia mumi ini lima ribu seratus dua puluh empat tahun tiga bulan tujuh hari," Katanya dengan lancar, tanpa keraguan sedikit pun .
Ketua dan seluruh anggota tim juri terbelalak dan saling berpandangan, heran dan kagum . Jawaban itu tepat sekali ! Bagaimana mungkin pakar dari Indonesia ini mampu menebak dengan tepat dalam waktu sesingkat itu ? hadiah pun diberikan . Ucapan selamat mengalir dari para peserta, pemerintah Mesir, perwakilan negara-negara asing dan sebagainya dan sebagainya . Pemerintah pun bangga bukan kepalang .
Menjelang kembali ke Indonesia, Pak komandan dikerumuni wartawan dalam dan luar negeri di lobby hotel .
"Anda luar biasa," kata mereka . " Bagaimana cara anda tahu dengan persis usia mumi itu?"
Pak komandan dengan enteng menjawab,"saya gebuki, ngaku dia ."
Sumber: Gus Dur net
Ada seorang warga Madura ditilang oleh Polisi, karena naik sepeda motor tidak membawa SIM .
" Mana SIM saudara ? " tanya polisi . " ini Pak,"kata orang Madura itu sambil menunjukkan sebuah kartu . " Ini bukan SIM, ini kartu anggota NU " bentak sang polisi lagi . Banyak orang Madura lebih bangga membawa kartu anggota NU daripada membawa KTP.
" Oh, kartu itu tidak bisa jadi SIM ya pak, ini ada SIM punya teman saya ," jawab orang Madura itu lagi ." Mengapa kamu naik sepeda motor memakai SIM orang lain ? kamu telah melanggar, kamu akan ditilang !" hardik polisi itu lagi .
"Lho, pak polisi kok marah ? saya dipinjami SIM ini secara sah oleh yang punya . Yang punya SIM saja tidak marah, masa' pak polisi marah ... " tanggap orang Madura itu lagi .
Sumber: Gus Dur net
"Gus, apakah Gus Dur ikut menjadi mak comblangnya Dessy dengan Latief?" tanya wartawan pada saat isu pernikahan Menteri Tenaga Kerja A Latief dengan artis Dessy Ratnasari beredar.
"Ah, nggak! Daripada jadi makelar begituan, lebih enak jadi makelar motor," jawab Gus Dur.
Mendengar jawaban tersebut, si wartawan terus mengejar, "Apakah untungnya lebih besar kalau jadi makelar motor, Gus?"
"Bukan begitu. Bayangkan, kalau menjadi makelar orang kawin itu susah. Kalau makelar sepeda motor kan bisa ngelapi, dan nyobain, lalu numpaki. Coba, mana bisa begitu kalau jadi makelar kawinan? Jangankan mau numpaki, mencet klaksonnya saja dilarang," jawab Gus Dur.